Bukan lautan hanya kolam susu.... Demikian
penggalan lirik lagu yang sangat populer di telinga
masyarakat Indonesia khususnya di era tahun 70-an. Lagu yang dipopulerkan oleh
group band legendaries Koes Plus tersebut menggambarkan kondisi alam Indonesia
seperti sepenggal surga yang ada di bumi. Keindahan, kesuburan dan ketersediaan
sumber daya alam yang melimpah di Indonesia memang sungguh patut untuk
disyukuri.
Rasa
syukur akan kekayaan alam Indonesia tersebut diwujudkan melalui pemanfaatan
yang bijaksana atas sumber daya alam yang melimpah tersebut. Pemanfaatan sumber
daya alam yang tidak bijaksana justru akan menimbulkan bencana bagi lingkungan
sekitar. Contoh yang sangat nyata adalah pemanfaatan sumber daya air sungai
oleh penambang emas yang tidak memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi.
Dampak yang ditimbulkan akibat penambangan emas di aliran sungai sungguh sangat
merugikan. Air sungai yang dahulu jernih, bahkan dasar sungai bisa kelihatan,
kini berubah berwarna kecoklatan karena bercampur tanah. Kondisi ini diperparah
dengan pemakaian air raksa pada proses produksi emas dan limbahnya langsung
dibuang ke aliran sungai.
Masyarakat
di sekitar lokasi aliran sungai yang tercemar tersebut seakan pasrah menerima
keadaan yang sangat merugikan tersebut. Karena sumber air yang paling dekat
dengan komunitas mereka adalah sungai, maka meskipun air sungai tersebut keruh
dan mengandung pencemaran air raksa, terpaksa air sungai tersebut dimanfatkan
untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari mandi, mencuci pakaian, mencuci bahan
makanan dan juga untuk keperluan buang hajat.
Kondisi
yang memprihatinkan yang dialami masyarakat Dusun Tanjung Beringin Desa
Keranjik Utama tersebut berlangsung selama bertahun-tahun sampai akhirnya
masalah tersebut pada tahun 2010 mereka ungkapkan menjadi sebuah gagasan untuk
mengusulkan kepada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan berupa pipanisasi air bersih dari sumber air yang ada di bukit yang
terletak sekitar 800 meter di belakang perkampungan mereka. Gagasan tersebut
selanjutnya dikompetisikan dengan gagasan dari dusun-dusun lain di Desa
Keranjik Utama dan masyarakat ternyata mendukung gagasan tersebut menjadi
usulan desa yang diajukan pada Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan di
Kecamatan Tanah Pinoh. Berkat perjuangan para utusan desa dalam MAD Prioritas
Usulan dan dukungan dari peserta utusan desa lain maka usulan tersebut akhirnya
mendapatkan urutan (ranking) prioritas yang ke-5 dan ditetapkan pada MAD
Penetapan Usulan sebagai usulan yang dapat didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan
TA 2010.
Sesuai dengan Surat Penetapan Camat (SPC) Kecamatan
Tanah Pinoh Kabupaten Melawi Provinsi Kalimantan Barat usulan sarana air bersih
pipanisasi dengan sistem gravitasi Dusun Tanjung Beringin Desa Keranjik
Utama dibiayai oleh PNPM Mandiri Perdesaan dengan biaya Rp 69.577.900,- dan
swadaya masyarakat sebesar Rp 6.231.000,-. Kegiatan tersebut dikerjakan oleh
masyarakat setempat dengan difasilitasi oleh Fasilitator Teknik Kecamatan Tanah
Pinoh dan dapat diselesaikan dengan baik serta dimanfaatkan dengan senang hati
oleh masyarakat di Dusun Tanjung Beringin tersebut.
Pemeliharaan sarana air bersih tersebut
ternyata dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat, hal ini terbukti pada
saat kunjungan Tim Supervisi World Bank pada 25 Februari 2012 kondisi
bendungan, pipa dan kran umum yang berjumlah 10 (sepuluh) unit masih berfungsi
dengan baik. Salah satu kunci keberhasilan pemeliharaan tersebut yakni
pengorganisasian Tim Pemelihara yang cukup baik.
Semoga sarana air bersih yang selama ini
diidamkan oleh masyarakat tersebut dapat terus dipelihara dengan baik sehingga
dapat mengatasi masalah air bersih di dusun tersebut dan dampak yang diharapkan
yakni masyarakat yang sehat dan sejahtera dapat terwujud. @wry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar