Kekurangan Fasilitator Teknik Kecamatan (FTKec) pada Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) menjadi hal yang lumrah terjadi di Provinsi
Kalimantan Barat. Seluruh kabupaten di Kalbar kekurangan FTKec dengan jumlah
kekurangan yang bervariasi. Untuk Kabupaten Melawi ada 6 (enam) kecamatan yang
tidak ada FTKec dari 11 (sebelas) kecamatan yang ada.
Kekurangan FTKec yang lebih dari 50% tersebut tentu membawa konsekuensi
yang luas pada pelaksanaan kegiatan program di Kabupaten Melawi. Salah satu
dampak yang sangat terasa akibat kekurangan FTKec yakni terlambatnya penyusunan
desain dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang semestinya difasilitasi oleh
FTKec.
Menyusun desain dan RAB tanpa difasilitasi oleh FTKec menjadi tantangan
yang cukup serius. Beberapa alternatif untuk mengatasi masalah ini telah
dilakukan antara lain dengan meminta bantuan FTKec dari kecamatan lain yang bersedia
membantu tanpa biaya tambahan, Fasilitator Kecamatan (FK) dengan latar belakang
Teknik Arsitektur yang ada diminta ikut membantu memfasilitasi, juga
Fasilitator Teknik Kabupaten (Fastekab) yang langsung memfasilitasi. Kekurangan
FTKec yang lebih dari separoh tersebut ternyata tidak bisa semuanya diatasi
dengan ketiga cara tersebut.
Salah satu kecamatan yang terlambat penyusunan desain dan RAB di Kabupaten
Melawi yakni Kecamatan Menukung. Kecamatan ini merupakan kecamatan dengan
jangkauan cukup jauh dari ibu kota Kabupaten Melawi yakni Nanga Pinoh. Perlu
waktu sekitar empat jam dengan berkendaraan motor untuk menuju Kecamatan
Menukung dalam kondisi cuaca cerah, bila musim penghujan maka jalan darat akan
sangat sulit untuk ditempuh. Dengan kondisi tersebut maka perlu strategi khusus
agar proses pelaksanaan desain dan RAB dapat dilaksanakan, terutama survey
teknis untuk mendapatkan data-data lapangan yang diperlukan.
Dari lima belas usulan yang layak dan telah disusun prioritas usulan ada
lima usulan sejenis yang menduduki
posisi ranking atas yakni usulan pembukaan badan jalan dengan panjang jalan
yang diusulkan oleh masing-masing desa yakni Desa Laman Mumbung: 9 Km, Nusa
Poring: 9 Km, Mawang Mentatai: 8,5 Km, Batu Onap: 7 Km dan Melona: 8 Km. Jika
ditotalkan panjang jalan yang diusulkan mencapai 41,5 KM. Dengan topografi
lapangan yang cukup sulit, berupa tanjakan dan turunan tajam, maka perlu waktu
yang cukup lama untuk melakukan survey dengan panjang jalan sejauh itu.
Memperhatikan situasi dan kondisi tersebut maka diputuskan untuk melibatkan
Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Kader Teknik (KT) dan Kepala Desa (Kades) dari
kelima desa yang mengusulkan pembukaan badan jalan dalam melaksanakan survey
lapangan. Strategi yang ditawarkan yakni pada waktu yang telah ditentukan, TPK,
KT dan Kades dari lima desa tersebut berkumpul di sekretariat UPK untuk
mendapatkan pengarahan dari Fastekab tentang cara penggunaan alat survey.
Setelah mengetahui cara penggunaan alat survey dilanjutkan dengan praktek
survey di desa yang pertama yakni Desa Laman Mumbung dan untuk selanjutnya
masing-masing tim dari desa akan melaksanakan survey di desanya masing-masing
dengan dimonitor oleh Fasilitator Kecamatan (FK) dan Pendamping Lokal (PL).
Pada waktu yang telah ditentukan yakni hari Kamis tanggal 16 Mei 2013
bertempat di Sekretariat UPK Kecamatan Menukung dilaksanakan penguatan kepada
tim survey teknis dari desa dengan materi pertama penguatan tentang gambaran
perencanaan jalan. Tujuan yang diharapkan dari materi ini adalah tim survey
dapat mengetahui dasar-dasar perencanaan jalan dan data-data yang diperlukan
untuk perencanaan jalan yakni data penampang melintang, panjang jalan, sudut
arah trase jalan dan kemiringan permukaan jalan.
Penguatan yang kedua yakni cara menggunakan kompas. Tujuan yang hendak
dicapai dari materi ini adalah tim survey dapat menggunakan kompas sebagai alat
ukur sudut arah jalan (trase). Kepada tim survey terlebih dahulu dijelaskan
cara memegang kompas dan membaca angka derajat kompas. Setelah penjelasan dapat
dipahami oleh tim survey, langkah berikutnya yakni praktek membaca kompas dengan
secara bergantian tim survey dari desa mempraktekan membaca sudut arah tertentu
yang telah ditentukan oleh Fastekab. Pada umumnya peserta tidak merasa
kesulitan dalam praktek membaca kompas ini.
Penguatan yang ketiga adalah cara mengukur kemiringan permukaan tanah
dengan menggunakan busur lingkaran. Dengan metode yang hampir sama, setelah
Fastekab menjelaskan cara menggunakan busur lingkaran untuk mengukur kemiringan
jalan (tanjakan, turunan dan datar) maka secara bergantian tim survey diberi
kesempatan untuk praktek menggunakan alat tersebut.
Penguatan berikutnya adalah cara mengisi format Survey Antar Patok (SAP)
dan format potongan melintang dan memanjang . Fastekab menjelaskan tentang
format SAP dan cara pengisiannya, dilanjutkan dengan format potongan melintang
dan memanjang. Setelah penjelasan selesai kemudian dilanjutkan dengan tanya
jawab seputar cara pengisian format tersebut. Sebagian besar peserta cukup
kesulitan memahami cara mengisi format-format ini sehingga tanya jawab
berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan pada akhirnya mereka bisa memahami
cara mengisi format-format tersebut.
Kini saatnya praktek lapangan dengan melakukan survey di desa yang pertama
yakni Desa Laman Mumbung. Para tim survey dari lima desa sudah berkumpul di
lapangan. Alat-alat survey disiapkan, yakni meteran panjang 50 m, kompas, busur
lingkaran, patok kayu, spidol, format-format, papan data dan pen. Tim survey
dari Desa Laman Mumbung yang berjumlah empat orang dibagi menjadi dua tim
kecil. Tim kecil pertama bertugas membaca kompas dan mencatat ke format SAP dan
tim kecil kedua bertugas membaca busur lingkaran yang mengukur kemiringan
permukaan tanah. Untuk mengukur panjang jalan dan pemasangan patok dilakukan
oleh peserta yang lain.
Para surveyor yang baru dilatih mulai mengukur dan mendata patok demi patok
jalan yang mereka usulkan untuk ditingkatkan tersebut. Sangat terlihat bahwa
mereka bersemangat dalam mengikuti praktek lapangan ini. Sesekali di antara
peserta menanyakan kembali tencang cara menggunakan kompas, membaca derajat
pada busur lingkaran dan cara mengisi format-format yang ada. Menariknya, kali
ini penjelasan dari apa yang mereka tanyakan tidak dijelaskan oleh Fastekab
tetapi oleh peserta lain yang telah mengetahui dan memahami apa yang mereka
tanyakan.
Terik matahari menjelang tengah hari seakan tidak dipedulikan oleh para tim
survey dari desa. Mereka terlihat sangat menikmati tugas baru sebagai surveyor
jalan. Sesekali di antara mereka bergurau dengan bahasa asli mereka dan yang
tidak mengetahui bahasa mereka ikut-ikutan ketawa juga.
Setelah sekitar dua jam jalan kaki naik dan turun bukit mengukur dan
mendata jalan para peserta praktek survey lapangan kemudian sepakat untuk
mengakhiri praktek karena mereka merasa sudah bisa melakukan survey dan sudah
waktunya untuk istirahat siang. Sebelum peserta bubar, kembali dilakukan
penegasan bahwa untuk Desa Laman Mumbung setelah istirahat akan dilanjutkan
survey kembali sedangkan untuk empat desa lainnya para tim surveyor akan
merundingkan cara mendapatkan alat survey kompas dan busur lingkaran beserta
meteran panjang agar tidak menunggu alat-alat yang sedang digunakan oleh tim
survey Desa Laman Mumbung. Jika alat-alat survey tersebut sudah didapatkan
mereka berjanji akan melaksanakan survey secepatnya dan data hasil survey akan
disampaikan kepada FK dan kemudian dilanjutkan kepada Fastekab untuk diolah
menjadi data-data pendukung pembuatan desain dan RAB. @wry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar