Minggu, 21 Juli 2013

Ketika Surveyor Dadakan Mulai Beraksi

Kekurangan Fasilitator Teknik Kecamatan (FTKec) pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd)  menjadi hal yang lumrah terjadi di Provinsi Kalimantan Barat. Seluruh kabupaten di Kalbar kekurangan FTKec dengan jumlah kekurangan yang bervariasi. Untuk Kabupaten Melawi ada 6 (enam) kecamatan yang tidak ada FTKec dari 11 (sebelas) kecamatan yang ada.
Kekurangan FTKec yang lebih dari 50% tersebut tentu membawa konsekuensi yang luas pada pelaksanaan kegiatan program di Kabupaten Melawi. Salah satu dampak yang sangat terasa akibat kekurangan FTKec yakni terlambatnya penyusunan desain dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang semestinya difasilitasi oleh FTKec.
Menyusun desain dan RAB tanpa difasilitasi oleh FTKec menjadi tantangan yang cukup serius. Beberapa alternatif untuk mengatasi masalah ini telah dilakukan antara lain dengan meminta bantuan FTKec dari kecamatan lain yang bersedia membantu tanpa biaya tambahan, Fasilitator Kecamatan (FK) dengan latar belakang Teknik Arsitektur yang ada diminta ikut membantu memfasilitasi, juga Fasilitator Teknik Kabupaten (Fastekab) yang langsung memfasilitasi. Kekurangan FTKec yang lebih dari separoh tersebut ternyata tidak bisa semuanya diatasi dengan ketiga cara tersebut.
Salah satu kecamatan yang terlambat penyusunan desain dan RAB di Kabupaten Melawi yakni Kecamatan Menukung. Kecamatan ini merupakan kecamatan dengan jangkauan cukup jauh dari ibu kota Kabupaten Melawi yakni Nanga Pinoh. Perlu waktu sekitar empat jam dengan berkendaraan motor untuk menuju Kecamatan Menukung dalam kondisi cuaca cerah, bila musim penghujan maka jalan darat akan sangat sulit untuk ditempuh. Dengan kondisi tersebut maka perlu strategi khusus agar proses pelaksanaan desain dan RAB dapat dilaksanakan, terutama survey teknis untuk mendapatkan data-data lapangan yang diperlukan.
Dari lima belas usulan yang layak dan telah disusun prioritas usulan ada lima usulan  sejenis yang menduduki posisi ranking atas yakni usulan pembukaan badan jalan dengan panjang jalan yang diusulkan oleh masing-masing desa yakni Desa Laman Mumbung: 9 Km, Nusa Poring: 9 Km, Mawang Mentatai: 8,5 Km, Batu Onap: 7 Km dan Melona: 8 Km. Jika ditotalkan panjang jalan yang diusulkan mencapai 41,5 KM. Dengan topografi lapangan yang cukup sulit, berupa tanjakan dan turunan tajam, maka perlu waktu yang cukup lama untuk melakukan survey dengan panjang jalan sejauh itu.
Memperhatikan situasi dan kondisi tersebut maka diputuskan untuk melibatkan Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Kader Teknik (KT) dan Kepala Desa (Kades) dari kelima desa yang mengusulkan pembukaan badan jalan dalam melaksanakan survey lapangan. Strategi yang ditawarkan yakni pada waktu yang telah ditentukan, TPK, KT dan Kades dari lima desa tersebut berkumpul di sekretariat UPK untuk mendapatkan pengarahan dari Fastekab tentang cara penggunaan alat survey. Setelah mengetahui cara penggunaan alat survey dilanjutkan dengan praktek survey di desa yang pertama yakni Desa Laman Mumbung dan untuk selanjutnya masing-masing tim dari desa akan melaksanakan survey di desanya masing-masing dengan dimonitor oleh Fasilitator Kecamatan (FK) dan Pendamping Lokal (PL).
Pada waktu yang telah ditentukan yakni hari Kamis tanggal 16 Mei 2013 bertempat di Sekretariat UPK Kecamatan Menukung dilaksanakan penguatan kepada tim survey teknis dari desa dengan materi pertama penguatan tentang gambaran perencanaan jalan. Tujuan yang diharapkan dari materi ini adalah tim survey dapat mengetahui dasar-dasar perencanaan jalan dan data-data yang diperlukan untuk perencanaan jalan yakni data penampang melintang, panjang jalan, sudut arah trase jalan dan kemiringan permukaan jalan.
Penguatan yang kedua yakni cara menggunakan kompas. Tujuan yang hendak dicapai dari materi ini adalah tim survey dapat menggunakan kompas sebagai alat ukur sudut arah jalan (trase). Kepada tim survey terlebih dahulu dijelaskan cara memegang kompas dan membaca angka derajat kompas. Setelah penjelasan dapat dipahami oleh tim survey, langkah berikutnya yakni praktek membaca kompas dengan secara bergantian tim survey dari desa mempraktekan membaca sudut arah tertentu yang telah ditentukan oleh Fastekab. Pada umumnya peserta tidak merasa kesulitan dalam praktek membaca kompas ini.
Penguatan yang ketiga adalah cara mengukur kemiringan permukaan tanah dengan menggunakan busur lingkaran. Dengan metode yang hampir sama, setelah Fastekab menjelaskan cara menggunakan busur lingkaran untuk mengukur kemiringan jalan (tanjakan, turunan dan datar) maka secara bergantian tim survey diberi kesempatan untuk praktek menggunakan alat tersebut.
Penguatan berikutnya adalah cara mengisi format Survey Antar Patok (SAP) dan format potongan melintang dan memanjang . Fastekab menjelaskan tentang format SAP dan cara pengisiannya, dilanjutkan dengan format potongan melintang dan memanjang. Setelah penjelasan selesai kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab seputar cara pengisian format tersebut. Sebagian besar peserta cukup kesulitan memahami cara mengisi format-format ini sehingga tanya jawab berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan pada akhirnya mereka bisa memahami cara mengisi format-format tersebut.
Kini saatnya praktek lapangan dengan melakukan survey di desa yang pertama yakni Desa Laman Mumbung. Para tim survey dari lima desa sudah berkumpul di lapangan. Alat-alat survey disiapkan, yakni meteran panjang 50 m, kompas, busur lingkaran, patok kayu, spidol, format-format, papan data dan pen. Tim survey dari Desa Laman Mumbung yang berjumlah empat orang dibagi menjadi dua tim kecil. Tim kecil pertama bertugas membaca kompas dan mencatat ke format SAP dan tim kecil kedua bertugas membaca busur lingkaran yang mengukur kemiringan permukaan tanah. Untuk mengukur panjang jalan dan pemasangan patok dilakukan oleh peserta yang lain.
Para surveyor yang baru dilatih mulai mengukur dan mendata patok demi patok jalan yang mereka usulkan untuk ditingkatkan tersebut. Sangat terlihat bahwa mereka bersemangat dalam mengikuti praktek lapangan ini. Sesekali di antara peserta menanyakan kembali tencang cara menggunakan kompas, membaca derajat pada busur lingkaran dan cara mengisi format-format yang ada. Menariknya, kali ini penjelasan dari apa yang mereka tanyakan tidak dijelaskan oleh Fastekab tetapi oleh peserta lain yang telah mengetahui dan memahami apa yang mereka tanyakan.
Terik matahari menjelang tengah hari seakan tidak dipedulikan oleh para tim survey dari desa. Mereka terlihat sangat menikmati tugas baru sebagai surveyor jalan. Sesekali di antara mereka bergurau dengan bahasa asli mereka dan yang tidak mengetahui bahasa mereka ikut-ikutan ketawa juga.

Setelah sekitar dua jam jalan kaki naik dan turun bukit mengukur dan mendata jalan para peserta praktek survey lapangan kemudian sepakat untuk mengakhiri praktek karena mereka merasa sudah bisa melakukan survey dan sudah waktunya untuk istirahat siang. Sebelum peserta bubar, kembali dilakukan penegasan bahwa untuk Desa Laman Mumbung setelah istirahat akan dilanjutkan survey kembali sedangkan untuk empat desa lainnya para tim surveyor akan merundingkan cara mendapatkan alat survey kompas dan busur lingkaran beserta meteran panjang agar tidak menunggu alat-alat yang sedang digunakan oleh tim survey Desa Laman Mumbung. Jika alat-alat survey tersebut sudah didapatkan mereka berjanji akan melaksanakan survey secepatnya dan data hasil survey akan disampaikan kepada FK dan kemudian dilanjutkan kepada Fastekab untuk diolah menjadi data-data pendukung pembuatan desain dan RAB. @wry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar